Jika dikatakan bahwa hutan adalah berfungsi sebagai paru-paru dunia,
maka pernyataan ini adalah salah kaprah, paling tidak seperti yang pernah
dikemukakan oleh Profesor Daniel Murdiyarso, Guru Besar dari IPB beberapa
waktu yang lalu.
Namun yang jelas bahwa hutan
memainkan peranan yang sangat penting melalui proses photosynthesis, bahwa hutan menyerap gas CO2 dan kemudian
mengeluarkan gas O2 di udara. Selanjutnya
gas CO2 dikonversi menjadi karbon yang terkandung di dalam organ tanaman. Persediaan karbon yang terkandung di dalam
segala bentuk tanaman dan yang ada di tanah jumlahnya lebih dari dua kali lipat
jumlah karbon yang ada di atmosfir.
Karbon di atas selanjutnya beredar
melalui tanaman, air dan tanah di dalam hutan.
Proses pembusukan, pohon-pohon
dan tanaman mati akan melepaskan karbon kembali ke udara. Jadi dalam hal ini, hutan sekaligus memainkan
2 peranan, yaitu proses photosynthesis
dimana karbon di udara diserap ke dalam tanaman (Carbon sink) dan hutan melepaskan karbon ke udara (emission) melalui proses pembusukan dari
pohon/tanaman mati, dan ini adalah merupakan dinamika ekosistem hutan.
Apa hubungannya dengan Deforestasi
dan Degradasi Hutan
Apa yang terjadi dalam proses
deforestasi dan degradasi hutan? Sumberdaya hutan diambil di atas ambang batas,
apalagi disertai dengan proses pembakaran, maka keseimbangan proses penyerapan
karbon lebih besar daripada proses pelepasan karbon ke udara, dengan kata lain
pelepasan karbon di udara jauh lebih besar dari proses respirasi tadi, maka
konsentrasiu CO2 di udara akan semakin tinggi.
Lalu apa resiko dari semua itu??
Bayangkan, dengan alasan tata guna lahan untuk pembangunan, maka terjadi
ketimpangan proses penyerapan (0,5 gigaton/tahun) dan pelepasan karbon (1,6
gigaton/tahun).
Secara total dapat dirinci bahwa pembangunan sektor
kehutanan sendiri melalui proses deforestasi dan degradasi hutan menyumbangkan efek
GHG , sebagai berikut:
Sebesar 70% emisi berasal dari
pemindahan biomasa pada proses konversi hutan ke pertanian, sebesar 20% emisi disumbangkan
oleh proses hilangnya karbon dari tanah setelah proses deforestasi, Sisa 10% berasal dari proses
degradasi hutan melalui pengelolaan hutan tidak bertanggung jawab, illegal
logging dan pembakaran hutan yang tidak terkendali.
Efek Gas Rumah Kaca (GRK)
Panas banget ya hari ini!” Seringkah Anda mendengar
pernyataan tersebut terlontar dari orang-orang di sekitar Anda ataupun dari diri Anda sendiri?
Anda tidak salah, data-data yang ada memang menunjukkan planet bumi terus mengalami peningkatan suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca di sekitar kita, Anda tentu juga menyadari makin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali
belakangan ini. Mulai dari banjir, puting beliung,
semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun
ke tahun. Sadarilah bahwa semua ini adalah tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet kita tercinta ini sedang mengalami proses kerusakan yang
menuju pada kehancuran!
Gambar 3. Cara kerja efek gas rumah kaca bekerja.
Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan ini
makin marak dibicarakan oleh masyarakat dunia yaitu Global Warming (Pemanasan Global).
Apakah pemanasan global itu?
Secara singkat pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Pertanyaannya adalah: mengapa suhu permukaan bumi bisa meningkat?
Penyebab Pemanasan Global
Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global,
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk
sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC). Setiap beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaik dunia yang
tergabung dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan penemuan-penemuan baru
yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut . Salah satu hal pertama yang mereka temukan adalah bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung
terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan
dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta pembangkit tenaga listrik.
Apa itu Gas Rumah Kaca?
Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas
dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang
menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Lihat
Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut
untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari.
Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32° Celcius.
Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah:
- Karbon Dioksida (CO2),
- Metana (CH4) yang dihasilkan pertanian dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak),
- Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan
- Gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC).
Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda.
Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metan menghasilkan efek
pemanasan 23
kali dari molekul CO2. Molekul NO
bahkan menghasilkan efek pemanasan
sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak
negara karena CFC telah lama dituding sebagai
penyebab rusaknya lapisan ozon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar