Pages

Jumat, 13 November 2015

ULAT SAGU


Mendengar tentang makhluk yang satu ini, terasa menggelikan. Karena awal mungkin dibayangkan sejenis hewan kecil, dengan bentuk tak menarik bahkan untuk sebagian orang jangankan menyentuh, mendengar namanya “ulat” saja sudah geli.




Ulat Sagu.
Salah satu keunikan kuliner Indonesia Timur adalah Ulat Sagu, ulat yang mengandung banyak kandungan gizi ini justru hidup dan berkembang pada pohon sagu yang telah diambil sagunya.  Bahkan akan semakin berkembang ketika pohon sagu tersebut membusuk. Itulah sebabnya dinamakan ulat sagu. Memiliki bentuk ciri khas ulat pada umumnya, ulat sagu memiliki nama latin Rhynchophorus femuginenus ini berbandan gilik dengan ujung kepala berwarna biru keunguan campur merah marun.

Untuk masyarakat Papua, khususnya dari suku Komoro yang berada di Kabupaten Mimika menyebutnya dengan nama “koo”. Koo sendiri dapat dinikmati dengan cara dibakar, dimasak bersama sagu maupun disantap mentah-mentah…gresh…, kelezatannya pun terasah seperti buah leci, segar. Dari perut ulat sagu keluar cairan manis sehingga ada rasa buah rambutan didalamnya.

Penelitian dari para siswa Papua: Agustina Padama, Darius Ohee, Christin Toam, Richard Antonius Mahuze danm Yulian Marco Awairaro menyebutkan bahwa ulat sagu mengandung protein sangat tinggi bahkan lebih tinggi dari protein yang terkandung dalam telur ayam. Para Peneliti muda yang memenangkan medali perunggu dalam Lomba Karya Ilmiah The International Conference of Young Scientists (ICYS), juga memaparkan hasil penelitian mereka selain protein ulat sagu juga mengandung lemak dan mineral yang dibutuhkan manusia.

Sebuah potensi alam Papua sangat bernilai telah diakui oleh dunia karena hasil penelitian generasi muda Papua. Ini tentunya harus dikembangkan menjadi produk andalan lokal yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sehingga ulat sagu tidak tinggal hanya sebagai ceritera dibalik sejarah penelitian, atau sekedar makanan kalangan masyarakat sekitar hutan, tetapi ke depan menjadi salah satu hasil hutan yang memberi kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, paling tidak dimulai dari pengelolaan makanan bergizi tinggi dengan bahan dasar “ulat sagu”.  Ini juga dapat menjadi peluang emas bagi pengembangan wisata kuliner di Papua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar